Pemuda milenial berprofesi sebagai pemandu wisata di Labuan Bajo. Foto istimewa di puncak pulau Padar. |
Komunitas Literasi Milenial 'Batu Asah' Pencerdasan Berliterasi.
https://www.facebook.com/Komunitas-Literasi-Milenial-100395615063941
Oleh : Aloysius Suhartim Karya
Komunitas Literasi Milenial (KLM) adalah ruang virtual dipergunakan sebagai wadah untuk mengasah kemampuan berliterasi bagi generasi mudah yang dikategorikan sebagai 'Kaum Langkas' dimana generasi tersebut berkarakter Tangkas, Giat, Cerdas dan Rajin. Kanal media sosial ini, dibentuk pada tanggal 3 Juli 2020, oleh salah satu pemuda milenial, Aloysius Suharim Karya.
Awal mulanya, sang inisator membentuk kanal literasi ini, untuk menghimpun para akademisi, khususnya generasi muda yang sedang berlayar dalam samudera intelektual. Mereka adalah agen perubahan yang progresif dan brilian, yang mana saat ini secara sporadis menyebar seantero Nusantara pada institusi pendidikan tinggi 'Bangku Kuliah' yang digelutinya masing-masing.
Kata 'Milenial', merujuk pada arti sesungguhnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang atau generasi yang lahir tahun 1980-an dan 1990-an dan berakhir 2000-an. Mereka juga sering disebut sebagai "Echo Boomers" karena grafik demografi setelah perang dunia kedua meningkat signifikan. Meskipun belakangan, pihak pengambil kebijakan memberlakukan regulasi sebagai kewajiban warga negara, Pasangan Suami-Istri (pasutri) Dunia untuk mengaplikasikan sistem keluarga berencana (KB) yaitu dua anak cukup.
Jika diamati hari ini, bonus demografi Indonesia telah terjadi dan mereka adalah kelompok milenial yang memanfaatkan teknologi digital yang masif lahir dari ahli pembuat aplikasi, misalnya usaha jasa wisata (Tour Operator) berbasis website. Media promosi umumnya menggunakan media sosial ; seperti Facebook page, Instagram, Linken, dan lainnya. Dalam menjalankan bisnis wisata dengan basis website ini, mereka sama sekali tidak memiliki sarana usaha fisik dan modal usahanya pun relatif murah meriah. Modal yang terbesar tambahan lainya yaitu Tangkas, Giat, Cerdas dan Rajin.
Perkembangan peradaban pada zaman milenial ini, sesungguhnya adalah penyingkap tabir terisolasinya diri seseorang untuk berekspresi dan beraktualisasi. Hari ini dibuktikan begitu banyaknya status (penumpahan gagasan) pada media sosial khususnya Facebook. Posting-an yang berselewiran itu sangat variatif jenis pun motif berbeda, diantarnya posting-an tentang masalah pribadi, ocehan, umpatan, opini, hoax dan berita adalah pengejahwantahan dari praktek literasi generasi milenial dalam memanfaatkan media sosial (Facebook) yang semakin hari semakin banyak jenis dan bentuknya.
Hari ini, Komunitas Literasi Milenial berusia dua pekan tiga hari. Grup ini telah berhasil menggabungkan anggota intelektual berjumlah 248 orang dari berbagai daerah dan pastinya akan ada banyak anggota lain yang akan bergabung dihari - hari mendatang. Semua anggota grup yang tergabung saat ini, terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan. Mulai dari SMA/SMK, para Mahasiswa, Akademisi Pasca Sarjana, Akademisi Magister. Tergabung juga anggota "Kaum Langkas" yang telah mengabdi pada dunia industri khususnya sektor pariwisata. Kesemuanya memiliki interes tema diskusi masing - masing. Sebagian menyukai Politik, ada juga yang menyukai persoalan Sosial dan Ekonomi, Pariwisata dan lain sebagainya. Namun, menyatu dalam ikatan persepsi literasi.
Hingga saat ini, grup komunitas intelektual tersebut sangat hidup. Hal itu dibuktikan oleh adanya interaksi konstan dari peserta grup dalam merespon posting-an 'Status' anggota lain berupa like dan comment pada dinding facebook yang bersangkutan dan juga ada yang membagikan posting-an anggota yang dianggap penting pada akun pribadi maupun grup diskusi virtual lainnya. Etika interaksi lebih diutamakan oleh semua anggota grup selama berdiskusi. Sejauh yang saya amati, belum pernah terjadi perdebatan saling serang dan menyentuh ruang privat seseorang. Hal ini memang pantang dan akan melaknat intelektualitas seseorang yang berpendidikan tinggi. Umumnya, perdebatan yang berbobot, logis dan rasional merupakan hal lazim dalam pergulatan nalar dalam diskursus pada kanal media virtual kaum milenial.
Grup ini adalah grup bebas dan terbuka, tanpa ada regulasi yang tetap bagi anggota, karena tujuan utama dari grup ini, adalah mengasah kemampuan diri dari setiap anggota grup untuk berliterasi. Bobot tulisan bukanlah parameter utama yang wajib menjadi beban para anggota untuk mulai menulis dan mem-posting-nya pada grup. Namun, pesan yang ingin dibagikan kesemua anggota adalah hal utama yang dibutuhkan, sehingga runutan dalam kompilasi narasinya pun harus dikemas dengan sangat baik. Sebagai media latihan dalam berliterasi, tentu akan banyak tumpahan coretan subyektifitas dihari - hari mendatang dan sebagai bentuk apresiasi juga dukungan dari semua anggota grup, diharapkan agar dialetika 'tanggapan' terhadap status yang dimuatkan dalam grup untuk diresponi, baik dengan cara like dan sangat bagus apabila turut serta komen dan bahkan kritikan konstruktif, agar semua anggota mendapatkan "Sharing Knowledge" bagi ilmu pengetahuan dari anggota yang berpengalaman dan memahami seluk - beluk literasi.
Selamat berbagi inspirasi berupa kompilasi narasi dari tuts skrin gawai masing - masing. Mari berinteraksi dalam nuansa persaudaraan. Dinamika positif adalah hal utama yang harus kita lakukan, agar grup kita ini tidak menjadi saksi bisu peradaban digitalisasi yang semakin dinamis.
Salam Literasi.
Penulis.
Kata 'Milenial', merujuk pada arti sesungguhnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang atau generasi yang lahir tahun 1980-an dan 1990-an dan berakhir 2000-an. Mereka juga sering disebut sebagai "Echo Boomers" karena grafik demografi setelah perang dunia kedua meningkat signifikan. Meskipun belakangan, pihak pengambil kebijakan memberlakukan regulasi sebagai kewajiban warga negara, Pasangan Suami-Istri (pasutri) Dunia untuk mengaplikasikan sistem keluarga berencana (KB) yaitu dua anak cukup.
Jika diamati hari ini, bonus demografi Indonesia telah terjadi dan mereka adalah kelompok milenial yang memanfaatkan teknologi digital yang masif lahir dari ahli pembuat aplikasi, misalnya usaha jasa wisata (Tour Operator) berbasis website. Media promosi umumnya menggunakan media sosial ; seperti Facebook page, Instagram, Linken, dan lainnya. Dalam menjalankan bisnis wisata dengan basis website ini, mereka sama sekali tidak memiliki sarana usaha fisik dan modal usahanya pun relatif murah meriah. Modal yang terbesar tambahan lainya yaitu Tangkas, Giat, Cerdas dan Rajin.
Perkembangan peradaban pada zaman milenial ini, sesungguhnya adalah penyingkap tabir terisolasinya diri seseorang untuk berekspresi dan beraktualisasi. Hari ini dibuktikan begitu banyaknya status (penumpahan gagasan) pada media sosial khususnya Facebook. Posting-an yang berselewiran itu sangat variatif jenis pun motif berbeda, diantarnya posting-an tentang masalah pribadi, ocehan, umpatan, opini, hoax dan berita adalah pengejahwantahan dari praktek literasi generasi milenial dalam memanfaatkan media sosial (Facebook) yang semakin hari semakin banyak jenis dan bentuknya.
Hari ini, Komunitas Literasi Milenial berusia dua pekan tiga hari. Grup ini telah berhasil menggabungkan anggota intelektual berjumlah 248 orang dari berbagai daerah dan pastinya akan ada banyak anggota lain yang akan bergabung dihari - hari mendatang. Semua anggota grup yang tergabung saat ini, terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan. Mulai dari SMA/SMK, para Mahasiswa, Akademisi Pasca Sarjana, Akademisi Magister. Tergabung juga anggota "Kaum Langkas" yang telah mengabdi pada dunia industri khususnya sektor pariwisata. Kesemuanya memiliki interes tema diskusi masing - masing. Sebagian menyukai Politik, ada juga yang menyukai persoalan Sosial dan Ekonomi, Pariwisata dan lain sebagainya. Namun, menyatu dalam ikatan persepsi literasi.
Hingga saat ini, grup komunitas intelektual tersebut sangat hidup. Hal itu dibuktikan oleh adanya interaksi konstan dari peserta grup dalam merespon posting-an 'Status' anggota lain berupa like dan comment pada dinding facebook yang bersangkutan dan juga ada yang membagikan posting-an anggota yang dianggap penting pada akun pribadi maupun grup diskusi virtual lainnya. Etika interaksi lebih diutamakan oleh semua anggota grup selama berdiskusi. Sejauh yang saya amati, belum pernah terjadi perdebatan saling serang dan menyentuh ruang privat seseorang. Hal ini memang pantang dan akan melaknat intelektualitas seseorang yang berpendidikan tinggi. Umumnya, perdebatan yang berbobot, logis dan rasional merupakan hal lazim dalam pergulatan nalar dalam diskursus pada kanal media virtual kaum milenial.
Grup ini adalah grup bebas dan terbuka, tanpa ada regulasi yang tetap bagi anggota, karena tujuan utama dari grup ini, adalah mengasah kemampuan diri dari setiap anggota grup untuk berliterasi. Bobot tulisan bukanlah parameter utama yang wajib menjadi beban para anggota untuk mulai menulis dan mem-posting-nya pada grup. Namun, pesan yang ingin dibagikan kesemua anggota adalah hal utama yang dibutuhkan, sehingga runutan dalam kompilasi narasinya pun harus dikemas dengan sangat baik. Sebagai media latihan dalam berliterasi, tentu akan banyak tumpahan coretan subyektifitas dihari - hari mendatang dan sebagai bentuk apresiasi juga dukungan dari semua anggota grup, diharapkan agar dialetika 'tanggapan' terhadap status yang dimuatkan dalam grup untuk diresponi, baik dengan cara like dan sangat bagus apabila turut serta komen dan bahkan kritikan konstruktif, agar semua anggota mendapatkan "Sharing Knowledge" bagi ilmu pengetahuan dari anggota yang berpengalaman dan memahami seluk - beluk literasi.
Selamat berbagi inspirasi berupa kompilasi narasi dari tuts skrin gawai masing - masing. Mari berinteraksi dalam nuansa persaudaraan. Dinamika positif adalah hal utama yang harus kita lakukan, agar grup kita ini tidak menjadi saksi bisu peradaban digitalisasi yang semakin dinamis.
Salam Literasi.
Penulis.
Komentar
Posting Komentar