Labuan Bajo, D'LouisBlog - Saat itu aku berada di bangku sekolah dasar kelas 5. Didalam kelas yang berlantai semen yang termakan usia 'usang & berdebu' saya bersama beberapa kawan sekelas sering bermain kelereng dibelakang ruangan kelas. Jenis kelereng yang kami gunakan adalah biji buah dari pohon gebang, karena kelereng moderen kala itu sulit didapatkan dan meskipun ada yang menjualnya dikios tapi harganya mahal. Teman sekelas ku hampir tidak ada yang memiliki jenis kelereng kaca yang sekarang beredar dimana - mana.
Suatu ketika, saya bersama kawan kelas terlibat pertengkaran, saya dianggap curang dalam menyodokkan biji kelereng kearah kelerengnya dari titik koordinat yang tepat menyebabkan ia kalah dan marah. Kami pun adu mulut hingga tanpa disadarinya, kawan saya mengumpat dengan kata - kata sarkastik rasial. Oe... Laka ! jika diterjemahkan dalam umpatan orang Amerika " You are fucking nigger!"
Laka dalam bahasa Manggarai berarti berkulit hitam gelap.
Mendengar ungkapan itu, tubuhku mengguncang, aku merasa panas seakan darahku mendidih, nadiku terasa kesetrum arus listrik, mata ku merah dan melototinya tanpa kedip. Aku mencoba untuk menghilangkan peristiwa itu dari ingatan ku. Kata - kata yang baru saja diucapkannya bergetar digendang telinga ku, seakan menempel dan terus berdengung, aku tidak bisa ! Jantung ku berdetak makin lama makin kencang dan makin kuat, aku menghampirinya dan memukulinya berkali - kali hingga ia menangis.
Aku ingat, setelah kejadian yang tidak baik itu, sesampainya dirumah, aku meminjamkan sebuah kaca cermin miliki kakak wanita ku dikamarnya. Aku mengamati diriku dengan saksama, dengan sangat teliti aku melihat diriku pada cermin itu. Disana ada wajah seorang bocah lelaki, berhidung agak mancung, muka bulat beralis mata tebal, rambut lurus berwarna hitam dan berkulit hitam. Aku mengamatinya kesekian kalinya secara detail, namun semuanya tak ada yang berubah. Warna kulit pada tubuhku memang hitam dan kala itu aku menyesalinya.
Batinku menggerutu ; Siapa yang memberikan aku kulit warna hitam ini ? Dapatkah aku menggantinya suatu saat nanti ?
Apakah ada wanita yang nantinya menginginkan aku seorang lelaki berkulit hitam ini ? Oh.... Tuhan engkau sungguh tidak adil.
Begitu banyak perdebatan dalam diri tentang eksistensi pribadi seorang bocah berkulit hitam kala itu. Aku kembali melihat pada kaca cermin dan mencoba untuk senyum. Senyuman itu sungguh luar biasa, senyuman pada kaca cermin itu seakan sebuah mukjizat, ia meluluhlantakkan kegelisahanku. Aku melihat wajah seorang bocah yang mungil nan manis, ia menawan. Aku berkata saat itu ! Inilah senyuman lelaki hitam manis. Hitamnya sungguh manis 😉
Keesokannya, saya menjumpai kawan yang telah bertengkar hebat sehari sebelumnya. Kami rekonsiliasi dan kembali main bersama di ruangan kelas dan juga sepulang sekolah, karena kebetulan kami sekampung juga bertetanggaan rumah.
Waktu berjalan dengan konsisten, hari berganti bulan dan tahun lalu berganti dengan tahun baru. Saya pun telah memiliki beberapa ciri fisik masa pubertas, menjadi seorang perjaka desa. Saya suka sekali mengatur rambut dibagi dua alias sisir banting, suara saya agak serak dan membesar juga telah tumbuh beberapa bulu kumis dan bulu pada organ kelamin dan saya mulai tertarik pada teman kelas wanita yang berpenampilan bahenol, apalagi jika betisnya putih dan mulus dan bokongnya kenyal, libidoku naik drastis. Saat itu aku sudah duduk di bangku kelas 6 SD, usiaku saat itu sekitar 12 tahun.
Beberapa teman wanita mungkin menyukai ku, juga sebaliknya aku menyukai seorang gadis belia dikelas yang saat itu ia adalah seorang gadis dikelas yang sangat glowing dimataku, gadis itu akrab dengan ku, setiap kali kami diskusi 'Sharing Knowledge' dikelas tatapan matanya begitu tajam tapi lembut dan aku terhanyut... bahkan aku sering kali salah tingkah dan ga nyambung bersamanya. Ia gadis berkulit putih nan mulus, bening bagaikan kristal salju. Suaranya lembut syahdu, ia memanggilku Nono artinya bang atau bung.
Entah mengapa, seakan getaran umpatan sarkastik kawan itu pada tahun sebelumnya selalu terdengar, kata - kata itu terus mendengung. Aku pun canggung, aku loose confidence tidak percaya diri dan aku mengurungkan niatku untuk berelasi dengan banyak teman gadis kala itu. Aku disandera oleh hal itu dalam kurun waktu yang amat lama. Aku merasa kebebasan ku terpangkas oleh warna kulit hitam yang aku miliki.
Setelah sekian lama aku tersiksa oleh peristiwa keji itu, aku berjanji untuk merubah semuanya. Aku bertekad untuk meruntuhkan tembok yang membantasi ruang gerak ku. Caranya hanya satu yaitu menikahi gadis berparas cantik, berkulit putih mulus nan bening bagaikan kristal salju dan yang pasti ia bertubuh kenyal. Dan aku berhasil menaklukkan hati seorang wanita cantik yang sekarang jadi kekasih hati ku selamanya, dialah wanita yang luarbiasa, ia menerima diriku apa adanya dan ia menjadi milikiku hingga akhir hayat hidupku.
Selama beberapa tahun aku disandera oleh kekerasan rasial itu, meskipun hanya terjadi sekali dalam hidupku, namun hal itu mengkebiri pribadiku seutuhnya. Profesiku saat ini sebagai seorang pemandu wisata Tourist Guide, aku katakan adalah berkah bagi pertumbuhan mentalitas dan mengembalikan kepercayaan diriku sebagai seorang pemuda yang berkulit hitam yang maco dan maskulin. Sejujurnya, aku sering disanjung oleh para gadis Eropa bahkan banyak yang dengan tanpa segan menyampaikan rasa suka terhadap diriku. Jadinya, aku bangga dengan diri ku sendiri "Produk Lokal goes internasional"😁 tapi aku sering menolak mereka dan menjelaskan kepada para gadis Eropa yang menyukai ku bahwa aku telah menikah dan memiliki dua orang putri.
Dari sudut pandang mereka hal paling mereka sukai pada diriku adalah kemaskulinanku, warna kulit khas Nusantara, yang gadis bule sampaikan sungguh eksotis ada pada diriku, dan bentuk tubuh yang memantik birahi mereka 😄.
Hal yang ingin saya bagikan dalam coretan ini, bukan untuk menunjukkan bahwa aku pernah berpacaran dengan cewek bule atau aku disukai oleh cewek Eropa. Tapi hari ini, telah terjadi demonstrasi masif di Negara Paman Sam - Amerika. Ini disebabkan oleh masalah kekerasan rasial oleh warga negara kulit putih kepada warga negara Amerika 'Afrika - Amerika' yang berkulit hitam. Amerika ambruk, penjarahan dimana mana, pembakaran bangunan dan kekerasan antar sesama warga negara seakan hal biasa. Aksi vandalisme demonstran semakin menggila dan tak terkendali. Amerika hari ini, tidak sehebat aksi heroik aktor Hollywood pada layar kaca. Pemerintah sekelas presiden Donal Trump pun menciut. Ia takut dengan warganya sendiri dan mendekam di Gedung Putih.
Kita, generasi millenial mendapatkan begitu banyak peristiwa faktual kekerasan rasial di beberapa Negara di dunia, termasuk yang sering terjadi di negara tercinta Indonesia. Saatnya kita saling mendukung dan berjabatan tangan erat untuk menghentikan segala tindakan rasial di Bumi Pertiwi ini. Hendaknya, kita hidup dalam kasih dan cinta.
" Peradaban manusia melahirkan sejarah yang hakiki dan tidak pernah hilang dalam jejak kehidupan, lalu dikemudian hari ia akan menyempurnakan peradaban itu sendiri. Proses penyempurnannya pun melalui sebuah tragedi kemanusiaan yang amat tragis.
Apa yang terjadi hari ini adalah peristiwa yang memaksa kita semua untuk mengambil hikmahnya. Agar kiranya segala bentuk diskriminasi, persekusi, represi, rasisme dan lain sebagainya yang tidak berprikemanusiaan ditinggalkan dalam kebiasaan 'pergaulan' sesama manusia".
Salam persaudaraan
Genggam erat persahabatan 🤝
Penulis adalah Pegiat Pariwisata dan Mahasiswa Politeknik ElBajo Commodus, Labuan Bajo.
Komentar
Posting Komentar