Ilustrasi Virus Korona by Medcom.id |
Labuan Bajo, D'Louis Blog - Corona Virus Disease (Covid-19) menjarah hakikat dasar umat manusia sebagai makhluk sosial, lebih tragis ia merampas hak hidup sebagian orang di bumi yang mulia ini.
Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan sehingga ia disebut "Social Animal". Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang disebut "Gregariousness", manusia ingin berteman, berkelompok dan bergaul sesama makhluk berakal budi dalam suatu kelompok masyarakat sosial - budaya dan alam disekitarya.
Beberapa pekan terakhir, sejenis makhluk hidup tak berkasat mata datang pertama kali memperkenalkan dirinya di kota industrialis Wuhan, Cina. Ia dinamakan oleh para ahli pandemiologi "Korona" aksinya mengila 'Babat, tumbang' manusia, dalam sekejap dunia didatanginya. Momok misterius itu sungguh menakutkan, semua orang panik. Dalam kepanikan itu hanya berpasrah padanya, serta menyerahkan hidup pada sang pencipta alam semesta.
Negara adikuasa - Paman Sam saja, diobok - obok hingga hancur lululantak, ia memperlihatkan kehebatan-nya kepada mereka yang mengaku diri makhluk berakal terhebat di dunia, dicobanya hingga tumbang ribu jiwa. Karakter sosialitas yang terfitrah pada diri setiap anak manusia hilang, menciut dengan berdalil social distacing dan physical distancing. Dalam keadaan kalut marut ini sebagian besar orang mengeluh bahkan depresi karena naluri "Gregariousness-nya" sebagai social animal tidak disalurkan sebagai mana mestinya. Ia dan mereka (manusia) terkurung, bisa dikatakan bahwa ini adalah masa penjara massal. Barang siapa yang melanggar aturan akan dihukum oleh korona, hukumannya pun tidak tanggung - tanggung, pilihanya satu antara Hidup atau Mati !
Saya sendiri, dalam kurungan diri dari regulasi dalam situasi genting ini sungguh menyadari bahwa tidak selamanya manusia sebagai social animal harus berinteraksi sosial dengan masyarakat sosial (sesama manusia) terkurung dalam seorang diri juga adalah bentuk interaksi antara jiwa, batin, roh, dan raga bahkan dengan alam disekitarnya saja.
Berhentilah mengomentari regulasi Social & Physical distancing, Mari mawas diri !
Komentar
Posting Komentar