Langsung ke konten utama

Menapaki 'Jalan Terjal Politik' (Memperjuangkan Perubahan Status Persawahan Terang, dari Tadah Hujan ke Irigasi)

Oleh : Silvester Joni
Hamparan sawah terang, Lokasi Tureng
Tulisan ini sebenarnya hanya sebuah 'alat pancing' untuk menghidupkan dinamika diskusi di sebuah grup WA, "Generasi Milenial Terang". Penulis merasa tergerak untuk menyodorkan sebuah tema diskusi berbasis permasalahan riil dan aktual di dataran Terang. Salah satunya adalah soal kenyataan sawah Terang yang masih berkategori sawah 'tadah hujan'. Bentangan areal persawahan nan luas menjadi semacam trademark dari sebuah topografi yang disebut Terang. Menyebut nama (Terang) itu, yang terlintas pertama dalam benak adalah ribuan hektar hamparan persawahan dari muara Kampung Terang sampai ujung Kampung Wate. Sayangnya, hingga detik ini, aset pertanian paling potensial di dataran Terang itu, masih berstatus sawah tadah hujan (Tadahan). Mayoritas warga mesti 'menerima nasib' sebagai petani yang terpaksa menerapkan pola pertanian 'tadah hujan' dari tahun ke tahun. Metode pertanian yang berbasis teknologi modern dengan sistem irigasi yang teratur, seolah hanya ada dalam dunia mimpi bagi mayoritas petani di dataran ini. Efeknya adalah Terang agak 'tenggelam' dari sisi peningkatan produktivitas gabah setiap tahun. Dibandingkan dengan lokasi persawahan beririgasi seperti di Lembor atau Nggorang-Walang, tentu Terang semakin tertinggal. Para petani di Terang hanya memproduksi padi satu kali dalam satu tahun. Kita tahu bahwa sawah tadah hujan selama ini dikenal sebagai lahan sawah yang hanya bisa panen satu kali dalam setahun. Pengolahan jenis lahan tadah hujan, tentu sangat bergantung pada keteraturan intensitas curah hujan. Jika curah hujan kecil, maka risiko gagal panen atau gagal tanam semakin terbuka lebar. Nasib petani, dengan demikian sangat bergantung pada 'kemurahan iklim (alam) belaka. Defisit Intervensi Politik Kondisi persawahan di Lengkong Terang, baik sebelum dan sesudah Mabar menjadi daerah otonom, hampir pasti tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dari bupati ke bupati, sektor pertanian lahan basah dan lahan kering di wilayah ini tak pernah diurus secara serius. Keberadaan atau kehadiran beberapa 'wakil rakyat' yang berasal dari dataran ini, juga sama sekali tidak mengubah keadaan. Terang tetap berjalan di tempat, menerima takdir sebagai petani sawah tadah hujan yang hanya bisa panen sekali dalam setahun. Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Mabar, nyaris tidak mempunyai konsep strategis dan master plan pembangunan yang jelas terkait pengembangan dan pengelolaan aset pertanian yang sebenarnya menjadi salah satu 'sentra produksi beras' dan lumbung pangan untuk Kabupaten Mabar. Setidaknya, kita jarang membaca di media lokal perihal 'intervensi kebijakan pertanian' yang bermuara pada upaya peningkatan produktivitas padi di dataran Terang.
Musim panen telah tiba

Saya tidak tahu persis mengapa sampai detik ini, Pemda Mabar tidak mau berinvestasi dengan menghadirkan proyek irigasi di wilayah ini. Apakah areal persawahan yang luas ini tidak cocok untuk dijadikan sawah beririgasi? Apa masalah utamanya? Apakah debit sumber mata air pendukung, sangat terbatas (kecil)? Apakah anggaran keuangan atau kapasitas fiskal kita sangat minim untuk membiayai proyek irigasi itu? Apa upaya alternatif Pemda untuk mengatasi kondisi 'ketiadaan irigasi' di Terang sehingga petani di sini bisa panen dua bahkan tiga kali dalam setahun? Sayang sekali bahwa Pemda Mabar terkesan apatis dalam mengurus sektor pertanian di sini. Kemauan politik Pemda tidak terlihat sama sekali. Padahal, Terang adalah sebuah kawasan ekonomi yang sangat menjanjikan jika ditopang dengan kebijakan dan program politik yang berbasis kebutuhan wilayah. Pengembangan Inovasi Teknologi: Solusi Alternatif Sebetulnya, masih ada opsi lain yang bisa dioptimalisasi oleh pemerintah untuk mengatasi isu stagnasi produksi padi di dataran Terang. Intinya adalah Pemda mempunyai komitmen dan political will yang serius untuk mensejahterakan warganya di dataran ini. Kita bisa belajar dari daerah yang kondisinya mirip dengan apa yang terjadi di Terang. Di tempat lain, dengan teknologi dan inovasi, sawah tadah hujan kini bisa panen tiga kali setahun. Sawah tadah hujan biasanya mengandalkan curah hujan dan hanya bisa menghasilkan di musim hujan. Tapi pengkajian dari pihak Kementrian Pertanian (Kementan) membuktikan bahwa penerapan inovasi bisa meningkatkan produktivitasnya secara signifikan,” kata Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan). Upaya Kementan untuk mendorong peningkatan produktivitas padi di sawah tadah hujan dilakukan untuk memastikan stok beras nasional berlimpah. Bahkan pemerintah memiliki target untuk meningkatkan ekspor beras. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memprediksi pada masa panen raya bulan Maret – April nanti, akan ada tambahan stok beras hingga 8 juta ton. Produksi padi tidak lagi hanya mengandalkan lahan sawah beririgasi, tapi juga pemanfaatan lahan suboptimal seperti sawah tadah hujan. Untuk itu, pihak Kementan terus mengambil langkah-langkah inovatif untuk memastikan produksi beras kita meningkat secara signifikan, antara lain dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal dan menambah kapasitas produksinya. Menapaki 'Jalan Terjal Politik' (Memperjuangkan Perubahan Status Persawahan Terang, dari Tadah Hujan ke Irigasi) Salah satu terobosan inovatif yang diterapkan adalah pemberian bantuan pompa air. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Balitbangtan, pompa air bisa menjadi titik ungkit sawah tadah hujan untuk bisa memiliki indeks pertanaman (IP) 300. Berdasarkan pengkajian Kementan, pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa penting untuk dipraktikkan. Para petani menyiram sawah tadah hujan terutama pada musim tanam ketiga atau musim kemarau. Tentu mekanisme pemanfaatan pompa air, harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Air tanah di lahan sawah yang dangkal dengan tingkat kedalaman sekitar enam hingga sepuluh meter, cukup menggunakan pompa kapasitas kecil pun mampu mengeluarkan air yang cukup untuk sawah. Sedangkan untuk daerah lain yang lebih jauh dari sungai dan air tanah lebih dalam posisinya, maka diperlukan pompa dengan kapasitas lebih besar agar dapat mengeluarkan air dengan debit yang sama.

Sawah ku adalah tumpuan hidup ku dan keluarga ku
Selain pemanfaatan pompa air, optimalisasi sawah tadah hujan juga dilakukan dengan memerhatikan kondisi tanah. Pada lahan yang bertekstur liat, produktifitas padi dapat mencapai 8 ton per hektare sedangkan pada lahan yang bertekstur pasir produktivitasnya 5 ton per hektare. Untuk itu, Kementan melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah yang bertekstur pasir di antaranya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air. Kita tidak tahu apakah pihak Dinas Pertanian Mabar sudah melakukan semacam riset soal kedalaman dan kadangkala sumber air tanah di dataran Terang. Identifikasi soal kondisi tanah semacam itu sangat penting untuk mendesain dan mengeksekusi kebijakan yang tepat sasaran. Apakah Pemda sudah mengupayakan solusi alternatif berupa pengadaan pompa air di sejumlah titik di dataran Terang? Selain itu, Pemda perlu mengkaji secara pasti soal tekstur tanah di dataran Terang, apakah bertekstur liat atau pasir. Hasil identifikasi semacam itu menjadi basis empiris untuk menelurkan kebijakan penambahan bahan organik untuk menambah kesuburan tanah. Dari uraian serba ringkas di atas, rasanya kita mesti menapaki 'jalan politik yang sangat terjal' untuk menggapai impian hadirnya sebuah proyek irigasi berstandar atau penerapan kebijakan inovatif yang berujung pada peningkatan produktivitas padi di dataran Terang. Saya kira, pelbagai elemen civil society dan generasi muda Terang, perlu menggalang kekuatan untuk mengadvokasi dan memperjuangkan hak-hak petani sawah yang mesti dipenuhi oleh pemerintah. Publik Terang mesti berani tampil di ruang publik untuk mengartikulasikan apa yang menjadi kebutuhan elementer demi perubahan nasib petani sawah hujan di Terang. NTT itu, demikian Ansi Lama, legislator senayan asal NTT, Nelayan Tani Ternak. Membangun NTT seharusnya terfokus pada tiga sektor unggulan itu, kelautan, pertanian, dan peternakan. Jadi, mari bangun NTT khususnya Mabar dengan memperhatikan secara serius lahan pertanian yang masih masuk kategori 'tadah hujan'. *) Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Plagiat Nama, Mengeliminasi Autentisitas Lokalitas Pariwisata Mabar. (Catatan kritik lahirnya nama Teletubbies pada sebuah bukit di Kampung Lemes, Desa Macang Tanggar, yang sedang viral saat ini).

Plagiat Nama, Mengeliminasi Autentisitas Lokalitas Pariwisata Mabar.  (Catatan kritik lahirnya nama Teletubbies pada sebuah bukit di Kampung Lemes, Desa Macang Tanggar, yang sedang viral saat ini). Oleh : Aloysius Suhartim Karya. Memandu Wisatawan Nusantara (Jakarta) di Bukit Cinta Teletubbies adalah kata 'Nama' yang sedang viral saat ini dibeberapa kanal media sosial, khususnya Facebook. Berbagai catatan apresiatif berseliweran di media sosial. Masyarakat Mabar sangat bangga, bahwa ternyata di wilayah terbarat pulau Flores, tersemai begitu banyak potensi alam yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Salah satunya adalah Bukit Teletubbies. Bukit Teletubbies, begitulah orang - orang menamai sebuah bukit dengan hamparan tanah lapang yang diselimuti oleh rerumputan hijau dan ditumbuhi beberapa pohon, diantaranya pohon Lontar (Borrassus flabellifer Linn) dan pohon Bidara (Ziziphus mauritina). Letaknya yang dekat dengan daerah pesisir, memperkuat posisi dari lokasi wisa

Virus Korona, Bencana Menjadi Anugerah

Labuan Bajo, D'Louis Blog  - Dunia saat ini masih berkabung, setiap Negara selalu memperbaharui jumlah warga negaranya yang terpapar Virus Korona, Corona Virus Disease 2019, Covid-19 yang bermula dari Wuhan, Cina tahun 2019 yang lalu. tak terlepas Indonesia, dilansir dari media Kompas.com hari ini, Selasa (28/4/2020) melalui juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan " pasien korona bertambah 415 orang " pasien yang positif berjumlah 9.115 orang sejak pasien pertama diumumkan pada maret 2020.  Setiap orang saat ini selalu memantau grafik  suspect  pasien korona yang positif yang diumumkan oleh pemerintah dengan penuh harapan grafik virus korona ini lekas menurun.  insan berakal budi tak berdaya, sejenis makhluk tak berkasat mata dengan leluasa memorak - porandakan kehidupan umat manusia di Bumi. hati terkikis, teriris melihat situasi yang tak terkendali ini, ekonomi memburuk, relasi sosial dibantai, regulasi yang diteta

Korona Mengalahkan Kemegahan Perkotaan

Labuan Bajo, D'Louis Blog - Selama beberapa pekan terakhir, jagat raya Nusantara diramaikan oleh mobilisasi orang - orang yang melakukan perjalanan dari Kota ke kampung halaman masing - masing. Ada yang menggunakan moda transportasi laut, sebagian darat dan tidak banyak yang pulang kampung via udara. Mereka yang tinggal di kota besar maupun kecil seantero Nusantara memutuskan untuk pulang kampung setelah Virus SARS-Cov-2 atau lebih kita kenal Korona menghantam daerah perkotaan sebagai tempat  berpopulasi padat dan  pusat industri. Berbagai kisah telah dialami oleh mereka yang pulang kampung, pengalaman manis dan pahit menjadi bumbu adonan kisah Korona selama proses perjalanan ke kampung, yah... itu-lah dinamika hidup yang akan menjadi cerita indah kepada anak cucu kelak kita tua nanti. 😊 Secara geografis kampung halaman (perkampung) sebagian besar terisolasi oleh pegunungan, lembah, hutan, sungai, gambut, padang dan sebagainya, aksesibilitas jalan raya, listrik,